Diumur 21 tahun ini,
untuk kalian generasi 96 kebawah mungkin akan merasakan perbedaan dari cara
mengobrol, bahan obrolan, cara memandang suatu masalah, dan menangani suatu
kasus. Disanalah seseorang akan merasa dirinya telah beranjak dewasa, dengan
pemikiran-pemikiran yang semakin rumit namun tidak neko-neko. Obrolan para
gadis-gadis bukan lagi melulu soal kriteria pacar idaman, muka ganteng, punya
motor ninja, putih, tinggi, anak orang kaya. Yang akan dibicarakan kali ini
mungkin akan mengarah dengan rencana tahun pernikahan, do and don’t dalam hubungan serius, bahkan parenting juga sudah mulai dipelajari dari sekarang.
Ini terjadi saat
obrolan ringan dengan teman-teman sebaya, membicarakan soal rencana kehidupan
setelah perkuliahan selesai. Ada yang ingin fokus bekerja, ada yang ingin
mengejar pendidikan lebih tinggi, ada yang ingin menunda pernikahan, ada yang
sudah merencanakan acara lamaran, dan bahkan ada yang sudah siap menikah
muda. Setiap orang punya pandangan
masing-masing soal masa depannya, begitupun saya pribadi.
Melihat masa lalu orang
tua saya yang menikah saat usia yang bisa dibilang ‘Sangat Matang’ , membuat saya berpikiran apakah mungkin saya akan
menikah di usia tua juga? Sempat berdiskusi dalam meja makan, yang didapat justru
saran dari mereka adalah sebaliknya, prinsipnya berubah menjadi selagi udah ada
cowok yang serius, mapan, siap lahir batin lalu kenapa harus menunggu lama jika
pernikahan adalah salah satu jalan yang baik.
Untuk teman-teman yang
sudah memiliki pasangan yang serius tentu saja ini merupakan prinsip yang
mereka pegang, lalu untuk mereka yang sedang single akan berpikiran ‘Lah, ngapain nikah cepet-cepet. Mending
bahagiain orang tua dulu’ . Ya, ini merupakan jawaban klasik sebenarnya,
tapi keinginan ini juga sangat amat mulia. Sama saat saya masih sendiri,
menikah muda merupakan sesuatu yang tabu, sedikit memalukan dan tidak nyaman,
namun pemahaman saya soal menikah muda menjadi berbeda saat saya bertemu dengan
seseorang yang mengajarkan saya untuk menjadi lebih dewasa.
Di waktu senggang
perkuliahan, saya bersama teman-teman sedikit berdebat membicarakan menikah
muda. Terbagilah 2 kelompok dengan pro dan kontra, karena saya memiliki komitmen untuk hubungan
serius alhasil saya adalah bagian dari pro nikah muda. Hal yang dibicarakan
ringan-ringan saja, masih seputar kenapa ingin nikah muda, kelebihan dan
kekurangan nikah muda, kenapa masih pacaran udah serius, dan
ketakutan-ketakukan dalam menjalani komitmen dalam sebuah ikatan.
Setelah berbincang
hangat, si pro nikah muda terbilang memiliki tingkat kepercayaan diri yang
tinggi dalam menatap masa depan, merencanakan semuanya sejak dini dan memiliki
keberanian untuk melewati ujian hidup dikemudian hari. Tidak asal-asalan, si
pro nikah muda juga memperhitungkan dengan baik step by step apa yang akan
mereka jalani nanti, mulai dari keuangan rumah tangga, keterampilan memasak, kebersihan
dan kenyamanan rumah, hingga kesiapan untuk memiliki momongan. Ya, dua atau
tiga tahun lagi rupanya mereka siap melangkah ke jenjang yang lebih serius
dengan segala keterampilan yang ia sedang pelajari sekarang.
Tak mau kalah, si
kontra nikah muda juga justru lebih banyak perhitungan untuk masa depannya. Banyak
dari mereka merasa risau dengan masalah keuangan, karena mereka merasa belum cukup mapan dan takut tidak sanggup untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya,
sehingga tujuan utama dari mereka adalah memiliki perkerjaan yang bagus dahulu agar bisa mencukupi segala kebutuhannya nanti. Satu hal lagi yang paling mereka
perhitungkan adalah masalah kesiapan mental, mereka menilai seseorang yang
menikah di usia muda, cenderung masih memiliki mental yang cengeng, masih lemah
dan ditakutkannya hal ini bisa berakibat buruk pada kekuatan rumah tangganya.
Diluar pro dan
kontranya, manusia hanya bisa berencana. Tidak adalah salah untuk mereka yang
ingin menikah muda, bukannya justru hal ini sangat baik bila kedua belah pihak
sudah sama-sama siap, bukan berarti juga mereka tidak mau berbakti dan tidak
mau membahagiakan orang tua ya. Dan untuk mereka yang masih ingin menunda, hal
baik juga untuk mereka yang memprioritaskan kebahagian orang tua dahulu, baru setelah itu mereka akan fokus ke pernikahan. Apapun rencana kamu,
persiapkan sebaik mungkin, jalani dengan serius dan biarkan Yang diatas
berkehendak.
Halo mba ini hazim, iseng2 saya berkunjung ke blog mu heehehe
ReplyDelete