Bicara soal transportasi saat ini
memang bukan hal yang sepele lagi. Sejak pendatang baru muncul dengan inovasi online-nya , ada beberapa pihak merasa
tergeser dan takut rezeki berkurang. Seperti kita tau, hidup ini penuh dengan
pro dan kontra, sama dengan transportasi umum di kota ini.
Bandung, sebuah kota yang
terkenal dengan inovasi-inovasi briliant buah tangan sang bapak wali. Dengan
banyaknya hal-hal yang fresh dan unik ini, banyak masyarakat luar memandang
Bandung adalah kota yang aman, ramah dan tentram. Tak dipungkiri, salah satu
alasan saya berkuliah disini karena Bandung masih sama suasanannya dengan
daerah asal saya di Garut.
Sejak kelas 5 SD saya sudah dikenalkan dengan
naik angkot sendirian. Dari tahun ke tahun, setiap saya akan pergi pasti akan
memilih angkot dibanding ojek. Sama halnya setelah saya dewasa sekarang, saat
dirumah saya masih memilih angkot sebagai transportasi paling favorite. Kenapa
tidak dengan yang online? Saya
pengguna transportasi online juga,
namun hanya di Bandung saja. Selain karena di Garut belum ada transportasi online, toh kalau di Garut jarak antara
rumah dengan kota hanya sebentar dan hemat,
cuman mengeluarkan uang Rp. 3000 saja saya sudah sampai di pusat kota.
Hal ini berkaitan dengan aksi demo tukang angkot di Bandung pada 9 Maret 2017 ,
setelah melihat video amatir sebuah mobil keluarga yang dihakimi pendemo karena
disangka online, rasanya saya ingin beropini.
Tidak ada yang saya bela, saya
mencintai kedua angkutan tersebut. Yang satu ongkosnya bisa murah walaupun
jauh, dan yang satu enaknya bisa jemput dan gak pakai ngetem. Saya sendiri
memang selalu prihatin apabila melihat abang angkot yang masih kosong, walaupun
penumpangnya hanya saya tetap saja diantarkan atau di over ke angkot lain tanpa
membayar. Saat mereka harus ngetem, saya juga paham memang para supir angkot
sedang kejar setoran. Karena buruh supir angkot tidaklah besar, dan hanya cukup
untuk kehidupan sehari-hari saja. Belum harus ngetem ditempat panas, belum juga
harus mencari penumpang disepanjang jalan. Untuk saya yang tak terburu-buru ,
itu bukan hal yang susah untuk menunggu angkotnya penuh.
Tapi untuk saya yang buru-buru, saya akan
memilih angkutan online. Betapa
beruntungnya memang hanya dengan duduk manis saja mereka bisa mendapat
pelanggan. Siapa bilang driver selalu enak? Toh dijaman sekarang masih ada aja
yang iseng cancel orderan sepihak, udah jauh-jauh mau jemput dan di cancel ya driver
gak bisa apa-apa. Kadang juga dapat pelanggan yang ngerasa kendaraan pribadi,
minta singgah sesukanya tanpa memberi tip lebih padahal hanya membayar dengan
kupon promo. Selain itu, kalau gak cepat ya orderannya keburu diambil sama yang
lain. Apalagi kalau jaringan lagi gangguan, gak bisa narik deh.
Tidak ada pekerjaan yang mudah, semua
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Apa salahnya berbagi rezeki dengan sesama,
padahal semuanya sudah ada yang atur. Kita hanya cukup menjalani pekerjaan
dengan ikhlas, tidak iri dengan yang lain. Jika ingin mengeluarkan aspirasi,
silahkan sampaikan dengan santun tanpa saling menghakimi. Untuk pihak yang
membenci angkot dan bilang ingin dihapuskan, percayalah para supir angkot
tersebut sama dengan kita, merasakan perihnya mencari uang dan pekerjaan. Dan
untuk pihak yang membenci angkutan online,
silahkan gunakan transportasi sesuai selera anda. Para driver juga tidak
memaksa, mungkin ada kalanya mereka akan dibutuhkan nantinya barulah silahkan
order.
Begitulah opini dari saya, mohon
maaf apabila masih kurang berbobot dan menyinggung salah satu pihak karena saya
tidak bermaksud.
Maaf aneh ya, saya bicara formal
soalnya bahasannya penting hehe..
Sampai jumpa di tulisan
berikutnya..
0 comments:
Post a Comment